Sabtu, 02 November 2013

Allah ada? buktinya? foto Allah ada? nih!!

Bismillah,

Assalamu'alaikum...

hari ini aku menemukan pertanyaan yang cukup unik.
"apakah Allah benar-benar Sang Pencipta? kalo iya, buktinya apa? emang ada fotonya Allah lagi menciptakan alam semesta?"

hihihihi,
well, yang membuatku merasa geli adalah pertanyaan yang terakhir. foto Allah?? pembuktian Allah itu Sang Pencipta??
hemmmm, mau coba jawab dari mana yah? karena... dari Al Qur'an tentu aja ada ayat-ayat yang menyatakan dengan gamblang bahwa Allah itu menciptakan banyak hal. tapi, sayangnya, tidak semua orang cukup puas dan suka dengan bunyi-bunyian ayat Al Qur'an. biasanya, mereka akan meminta yang realistis, yang logis, yang empiris... mirip dosen yang lagi menyidang mahasiswa saja, minta penurunan rumus empiris dari suatu konklusi. hahahadeeeh... kalau sudah begitu, sebenarnya aku kadang ingin bertanya balik: kamu sendiri meyakini Al Qur'an (baik kebenaran, keaslian dan kesuciannya) gak sih?

okeh, malah jadi ngelantur.

soal bukti keberadaan Allah, banyak yang menjawabnya dengan analogi rasa/perasaan. misalnya, rasa sakit itu ada, tapi kita gak bisa menunjukkan wujud atau bentuknya. tapi, tidak dapat dipungkiri bahwa rasa sakit itu ada kan? itu berlaku untuk rasa-rasa yang lainnya, seperti bahagia, sedih, dan lain-lain, termasuk cinta (kapan-kapan kita bahas cinta yuk? :D )
aku sendiri setuju dengan analogi itu. tapi selain hanya analogi, soal keyakinan dan kepercayaan akan keberadaan tuhan (Allah), kekuasaanNya, dan semua sifat-sifat yang ada padaNya, itu semua tergantung pada setiap orang. hak masing-masing individu untuk meyakini dan mempercayai atau tidak.

bagi yang mempercayai kebenaran Al Qur'an, tentu tahu ada ayat yang menyatakan bahwa bukti kekuasaan Allah itu ada di alam semesta ini, sekitar kita. dan itu hanya dapat ditemukan, rasakan, alami, nikmati (apapun itu sebutannya) oleh orang-orang yang berakal.
jadi, sekali lagi bagi yang meyakini Al Qur'an, maka mengerti bahwa jika kita orang berakal, bukti-bukti kekuasaan tuhan (Allah) dapat dirasakan, dinikmati, ditemukan.
terus, bagi yang tidak (atau kurang) meyakini Al Qur'an gimana??
apa mereka terus berarti gak berakal??

bukan, bukan begitu, hehehehe :D
kalo gak meyakini Al Qur'an, berarti gak meyakini adanya bukti-bukti kekuasaan Allah yang bisa dialami oleh orang-orang berakal. ya sudah, berarti gugur pula batasan berakal dan tidak berakal. semua sama,
sama-sama berakal (masa' sih gak berakal?)

ya terus hanya karena bunyi Al Qur'an aja terus percaya gitu?? terima mentah-mentah?? main telen aja??
hemmm,, sejujurnya, waktu masih awal belajar juga aku begitu :D
orang tua suruh berdoa sebelum makan, ya berdoa. sebelum tidur berdoa, ya berdoa. lakuin aja (daripada kena omelan, heheheh)
tapi, seiring waktu, manusia berakal (sehat) tentunya belajar atau mungkin tidak sengaja mempelajari sesuatu, atau mungkin juga dari sesuatu terus dapet pelajaran. pelajaran itu bisa dari peristiwa, pengalaman pribadi baik spiritual maupun aktual. nah!! ini dia yang nanti kita sebut sebagai bukti empiris atau realis!
apa? yaa, itu! pengalaman individu setiap orang dalam menemukan hakikat sampai meyakini keberadaan dan kekuasaan tuhan (Allah).
soal pengalaman, pengetahuan, apapun proses yang dilalui atau dijalani seseorang sampai menemukan dan meyakini keberadaan tuhan (Allah), itu gak persis satu sama lain. jadi, suatu pengalaman yang benar-benar dirasakan, dialami dan dijalani seseorang, itu adalah sesuatu yang nyata, empiris dan realistis baginya. hal ini berarti, pengalamn tersebut belum tentu bisa dianggap realistis oleh yang lain. bingung yah?
hehehe, saya juga -eh-
hemmmm, kalo kesusahan, saya berdoa, ikhtiar sambil terus mempelajari keberadaan Allah dari pustaka (misalnya), baca-baca, dengarkan ceramah, lalu menghubungkan apa yang saya pelajari dengan apa yang saya alami, terus saya jadi menemukan "oh, ini semua karena Allah! jadi Allah itu ada," ya itu sah bagi saya, empiris, realistis. saya mengalami, saya melakukan telaah pustaka dan menyimpulkan.
nah, beda lagi kalau saya mendalami ilmu ghaib, sampai misalnya saya bertemu dan menemukan hal-hal ghaib, dari sana saya terus dan terus menelusuri sampai menemukan "oh, Allah itu ada!" itu juga sah buat saya, empiris, nyata, realistis. toh saya mengalami langsung pengalaman ghaib-ghaib itu.
nah, kalau saya baca salah satu ayat Al Qur'an lantas tiba-tiba hatiku langsung tersentuh dan meyakini keberadaan tuhan (Allah), itu juga sah. kan yang tersentuh hatinya itu aku, orang lain mau dibilangin 'hatiku tersentuh bla bla bla,', ya mereka gak mesti ikut terenyuh 'kan??

jadi, menurut saya, pembuktian soal 'meyakini keberadaan Allah' itu banyak, bahkan saking banyaknya jadi relatif. nyata bagi saya, belum tentu bisa diterima oleh orang lain. hal tersebut berlaku juga sebaliknya. terus gimana? yaaa, dari sini, justeru kita mendapatkan satu pelajaran baru! kalau keberadaan dan kekuasaan Allah itu bisa dirasakan dan diyakini dengan berbagai cara, itu berarti semakin kuat pembenaran keberadaannya 'kan??
analogi, saat mengerjakan suatu soal matematika, kalau menggunakan berbeda cara hasilnnya sama, berarti jawaban itu benar 'kan? kalau hasilnya beda-beda... hemmmm.... pasti ada yang salah!!

sampai di sini, insya Allah kita sepakat yah, kalau tuhan (Allah) itu ada?
belum? bukti kurang kuat!! fotonya mana? ada gak??

walaaah, ini cuma tulisan blog kecil-kecilan, gak cukup kalau harus menguraikan bunyi-bunyi ayat Al Qur'an (nanti dikira cuma copast ayat dan artinya, dibilang gak empiris, gak realis, kalo ayat-ayat doang...) mau cerita berbagai temuan dan inovasi yang mendukung 'keberadaan tuhan (Allah)', nah 'kan banyak, cari saja di google, buku-buku... banyak! kalo mau cerita pengalaman sampe meyakini tuhan (Allah), yaaa, luamyan juga... hehehe, bukan, bukan mau bilang bahwa pengalaman saya banyak :D nanti dikira sok udah berpengalaman, dikira pamer.... hehehe :D
jadi, sampai di sini, kita sepakati dulu bahwa pembenaran keberadaan tuhan (Allah) itu relatif setiap orang/individu, okeh??

nah, sekarang mari kita foto -eh- maksudnya ngomongin soal foto Allah :) *akhirnya, setelah muter-muter*
foto itu hasil dari kamera. kamera itu, buatan manusia. manusia itu, ciptaan Allah (kalau percaya dan meyakini yaaa). jadi, kalau diminta foto Allah pas ciptain manusia (misalnya), ya pembuat kameranya aja baru diciptain, atuh kameranya belum ada laaaaa!
kan Allah katanya maha menciptakan, kenapa gak membuat kamera sendiri untuk dokumentasi saat membuat manusia??
hemmmm, salah satu sifat Allah itu 'berbeda dengan ciptaanNya' (sekali lagi, kalau meyakini).
jadi, Allah itu gak narsis seperti manusia... hehehe *ngalawak?!
kalau Allah berkehendak menciptakan kamera, "kun fayakuun" ya ada kamera!
tapi nanti kalau begitu, manusia gak kreatif menemukan kamera! gak berkembang...
mungkin kalau kamera diciptakan bersamaan dengan manusia diciptakan, sekarang para ilmuwan gak usah sekolah tinggi-tinggi, gak usah repot-repot meneliti, sibuk sana-sini... toh foto dinosaurus macem apa pastinya juga ada, foto manusia purba berarti ada... kalau kamera ada sejak dahulu kala, mungkin sekarang kita udah kehabisan gaya narsis!! karena selama abad-abad kamera ada ini kalau dibawa ke abad-abad purba (kalau ada kamera, ngapain disebut purba???), terus kita kalau mau narsis bergaya apa dong? mungkin gaya-gaya kita sekarang itu ya gaya yang udah dipake nenek moyang!! basi deh -_-

selain itu, kalau toh kamera ada, terus Allah berfoto ria, haqul yaqin semua orang percaya keberadaan dan kekuasaanNya. terus, ujian buat kita apa?? nanti jangan-jangan kalau foto Allah itu ada di mana-mana, lama-lama menjadi sesuatu yang biasa, gak spesial, atau jangan-jangan malah bosan dan kita mencari tuhan yang baru??? nah!! justeru, dengan Allah gak ada fotonya, kita jadi mencari, berusaha meyakini dengan lebih pasti. tapi, itu tergantung kemauan tiap individu juga sih :D
menurut aku, saat kita meyakini Allah tanpa melihat nyata, di situ pula harga tinggi keyakinan kita! di sana lah letak hakikat kata "mempercayai" dan "meyakini" itu sendiri. semakin besar keyakinan kita, atau usaha kita untuk meyakini, makin meyakini, ya semakin tinggi level 'yakin' kita.
hebat bukan, mempercayai sesuatu dengan melihat/mengalami/merasakan tanda keberadaannya tanpa melihat langsung sesuatu itu???
mungkin dari segi inilah tuhan (Allah) ingin melihat dan menilai tingkat keyakinan dan kepercayaan kita padaNya.

okeh, sekiranya cukup dulu cuap-cuap kali ini, semoga bermanfaat :)
insya Allah, lain waktu aku lanjut cuap-cuap lagi dan semoga lebih asyik topiknya dan lebih asyik dibacanya ;)

wassalamu'alaikum :D

Tidak ada komentar :

Posting Komentar